Allah SWT telah menciptakan manusia dan menurunkannya ke muka bumi dengan berbagai keragaman di dalamnya. Tak hanya manusia saja yang Allah ciptakan dan turunkan di muka bumi ini, terdapat pula makhluk-makhluk lainnya yang juga tidak seragam. Contohnya seperti siang dan malam, bulan dan bintang serta hewan dan tumbuhan. Dengan beragamnya makhluk hidup yang diciptakan Allah SWT, diharapkan umat manusia dapat memiliki toleransi akan perbedaan tersebut dan menciptakan perdamaian di bumi. Perintah perdamaian itu sendiri tertuang langsung di dalam Al-Quran. Berikut ini penjalasan tentang beberapa ayat Al-Quran tentang Budaya perdamaian dalam berperangIlustrasi Perdamaian Jonathan Meyer/PexelsAllah berfirman surat An Anfal Ayat 61۞ وَاِنْ جَنَحُوْا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ wa in janaḥụ lis-salmi fajnaḥ lahā wa tawakkal 'alallāh, innahụ huwas-samī'ul-'alīmArtinya“Tetapi jika mereka condong kepada perdamaian, maka terimalah dan bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”Ayat di atas merupakan penjelasan bahwa agama islam sangat menjunjung tinggi perdamaian dan diplomasi. Ayat ini adalah lanjutan dari ayat yang sebelumnya yang mana membahas tentang hubungan perjanjian dengan musuh dalam sebuah Perdamaian antar umat beragamaSumber Gambar berfirman surat Al Baqarah ayat 256لَآ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗوَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ lā ikrāha fid-dīn, qat tabayyanar-rusydu minal-gayy, fa may yakfur biṭ-ṭāgụti wa yu`mim billāhi fa qadistamsaka bil-'urwatil-wuṡqā lanfiṣāma lahā, wallāhu samī'un 'alīm Artinya“Tidak ada paksaan dalam menganut agama Islam, sesungguhnya telah jelas perbedaan antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”Ayat ini menjelaskan bahwa tidak adanya paksaan untuk dapat memasuki agama Islam. Islam disebarkan tidak dengan menggunakan pemaksaan, namun memberikan argumen atau penjelasan yang valid. Sehingga, orang-orang yang mendengarkan dakwah dapat menerima dengan hati terbuka tanpa adanya keterpaksaan. Agama Islam adalah agama yang sempurna, agama yang menjadi jalan keluar dari berbagai kesulitan dalam kehidupan ini. Tentu saja agama Islam ini juga menjadi rahmat bagi seluruh semesta alam. Baca Juga Saling Toleransi, Persahabatan Tak Terhalang Perbedaan Agama 3. Kesamaan derajat manusia Allah berfirman surat Al Hujurat ayat 13يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min żakariw wa unṡā wa ja'alnākum syu'ụbaw wa qabā`ila lita'ārafụ, inna akramakum 'indallāhi atqākum, innallāha 'alīmun khabīrArtinya“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.”Ayat ini menjelaskan tentang prinsip dasar hubungan manusia dan menegaskan serta menunjukkan kesamaan derajat kemanusiaan antar umat manusia. Allah SWT mengingatkan kita untuk tidak merasa bangga atau sombong kepada makhluk lainnya. Tidak ada perbedaan nilai kemanusiaan antara lelaki dan pembahasan mengenai ayat Al-Quran tentang perdamaian. Semoga dengan membacanya, kita dapat menciptakan kedamaian bagi seluruh umat manusia. Amin.
AyatQur'an tentang Jibril pembawa al-Qur'an yang berbahasa Arab × Pesantren Indeks Pesantren [A-Z] Daftar Lembaga Pendidikan Lainnya Perguruan Tinggi Sekolah Islam Panti Asuhan List Pesantren [Update Terbaru] Laporan Donasi Tanpa Kutip
Mengapa Ulama Berbeda Pendapat Soal Jumlah Ayat Alquran?. Foto Seorang anak membaca Alquran. Ilustrasi Muslim. Ilustrasi anak Muslim. – Ayat-ayat Alquran hanya ditetapkan melalui riwayat dari Rasulullah SAW taufiqiy, dan dia bukanlah ruang lingkup ijtihad manusia. Namun, para ulama tetap berselisih pendapat mengenai jumlah ayat Alquran dalam bentuk angka. Nur Faizin dalam buku Tema Kontroversial Ulumul Quran menjelaskan, meski terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai jumlah ayat-ayat Alquran secara angka, namun hal itu tidak memunculkan keraguan seputar otentisitas Alquran. Sebab seluruh ulama terdahulu hingga sekarang sepakat bahwa yang dimaksud Alquran adalah yang tertulis dalam mushaf. Mulai dari Surah Al-Fatihah hingga Surah An-Nas tanpa penambahan atau pengurangan. Para ulama hanya berbeda pandangan dalam beberapa rumusan penghitungan ayat-ayat Alquran. Sebab-sebab perbedaan rumusan itu dapat diringkas ke dalam tiga huruf-huruf hijaiyah di awal beberapa surat. Kedua, basmalah, sebagian ulama menghitungnya sebagai dua ayat yang independen, sementara ulama yang lain tidak. Ketiga, perselisihan sahabat ketika mendengar bacaan Alquran Rasulullah SAW, antara bacaan yang berhenti karena memang akhir ayat dan yang berhenti karena waqaf. Sebagian sahabat meriwayatkannya sebagai ayat dan yang lain tidak. Imam Abu Amar Ad-Dhaniy mengatakan, para ulama menyepakati bilangan sebagai jumlah ayat Alquran, namun selebihnya mereka berselisih. Imam As-Suyuthi menukil Abdullah Al-Mushiliy bahwa ulama-ulama yang berselisih dalam jumlah ayat Alquran adalah ulama ahli Madinah, Makkah, Syam, Bashrah, dan pendapat mereka memiliki mata rantai sanad sampai kepada sahabat, sebagaimana dijelaskan secara terperinci dalam kitabnya Al-Itqan fi Ulum Alquran. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini
Pembagian-pembagian tersebut di atas) setelah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. Perbesar Alquran.
— Toleransi adalah keimanan yang paling utama. Toleransi adalah amalan yang paling ringan dan paling utama. Termasuk toleransi dalam Islam adalah bahwa Islam merupakan agama Allah untuk seluruh umat manusia. Toleransi Islam menolak sikap fanatisme dan perbedaan ras. Islam telah menyucikan diri dari ikatan dan belenggu jahiliyyah, maka Islam pun menghapus pengaruh fanatisme yang merupakan sumber hukum yang dibangun atas dasar hawa nafsu. Artinya “Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” Qs. Al-Baqarah256 Tidak dibenarkan adanya paksaan. Kewajiban kita hanyalah menyampaikan agama Allah kepada manusia dengan cara yang baik dan penuh kebijaksanaan serta dengan nasihat-nasihat yang wajar dan tidak berlebih-lebihan sehingga mereka masuk agama Islam dengan kesadaran dan kemauan mereka sendiri. Ayat ini menjadi dasar bahwa Islam tidak disebarkan dengan pedang. Islam tidak dapat didakwahkan dengan bom. Islam adalah agama kesadaran. Islam adalah rahmatan lil alamin, saling mengasihi terhadap seluruh isi alam. Ayat yang kedua yang mewajibkan toleransi adalah Artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-ngolok kaum yang lain, boleh jadi mereka yang di perolok-olokkan lebih baik dari mereka yang mengolok-ngolok. Dan jangan pula sekumpulan perempuan mengolok-ngolokkan perempuan lain, boleh jadi perempuan yang diperolok-olokkan lebih baik dari pada perempuan yang mengolok-olok. Dan janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah panggilan yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim”. QS. AI-Hujarat 11 Ini adalah ayat yang luar biasa. Inilah filter hati dan pikiran kita sebelum berbuat apapun. Tidak ada prasangka buruk. Bersih hati, itulah awal segala sikap, awal segala perbuatan. Apapun yang kita lihat, yang kita dengar, dilarang kita berprasangka buruk, dasar ajaran Al-Quran adalah praduga tak bersalah. Dan ditekankan lagi bahwa yang kita sangka buruk bisa jadi adalah lebih baik dari kita. Karena yang kita anggap buruk dan kita anggap salah hanyalah prasangka kita saja. Dan prasangka sedikitpun tidak akan pernah mencapai kepada kebenaran. Hanya Allah-lah yang benar. Allah-lah yang menilai kebenaran dan kesalahan seseorang. Ayat yang ketiga tentang toleransi adalah bahwa perbedaan pandangan adalah ciptaan Allah. Dan kita tidak ada hak untuk menyatukan satu pandangan saja. “Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya.” QS. Yunus 10 99 Setelah kita membaca beberapa ayat tentang toleransi tersebut, lalu sikap apa yang harus kita ambil dalam menghadapi segala perbedaan yang sudah menjadi kodrat alam ini? Yang pertama, yang harus kita tahu bahwa segala perbedaan yang ada, baik perbedaan agama, ras, suku, bangsa, bahasa, warna kulit, jenis kelamin sengaja diciptakan oleh Allah dengan maksud agar kita saling mengenal, saling memahami dan saling mengerti. Dan perbedaan itu semua bukanlah tolok ukur suatu kemuliaan, demikian diterangkan didalam Al-Quran surat Al-Hujurat13 “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lak-ilaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” Yang dinilai oleh Allah adalah ketakwaannya, bukan selainnya. Bahkan mengetahui bahwa Tuhan alam semesta ini adalah Allah bukanlah suatu jaminan akan kebaikan dan kemuliaan, karena yang dikehendaki oleh Allah adalah ketakwaan. Katakanlah “Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa menciptakan pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab “Allah”. Maka katakanlah “Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” Qs. Yunus31 Kita semua sudah tahu bahwa Allah-lah Tuhan sejati, Allah-lah pemberi rizki, bahkan kita sudah bersyahadat bahwa tidak ada Tuham selain Allah. Tapi bukan itu semata yang dikehendaki Allah. Allah menghendaki ketakwaan kita. Maka, marilah kita benar-benar bertakwa dengan sebenar-benar takwa yang poin-poinnya selaian beriman kepada Allah juga melakukan perbuatan-perbuatan baik, yaitu sedekah baik ketika lapang maupun sempit, menahan amarah, memaafkan kesalahan orang, menepati janji dan sebagainya. Sikap yang kedua yang kita ambil terhadap perbedaan adalah adil, sebagaimana sikap Nabi Muhammad terhadap kaum lain. “Maka karena itu serulah mereka kepada agama ini dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah “Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali kita “. Asy-Syura15 Terhadap agama lain, terhadap kelompok lain, madzhab lain, aliran lain kita diwajibkan berlaku adil. Tidak ada batasan dalam toleransi berbuat baik dan hormat menghormati. Urusan keyakinan benar dan salahnya nanti Allah yang akan mengadili, bukan hak dan wewenang kita. “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” Qs. Al-Mumtahanah8 Kita hanya dilarang berbuat kepada orang yang memerangi kita dan mengusir kita dari kampung halaman kita. Artinya walaupun dia seorang muslim akan tetapi jika dia memerangi kita, merampok rumah kita, membuat keonaran di wilayah kita, itu harus kita perangi. Sebaliknya, walapun berbeda agama, berbeda aliran, selama tidak memerangi kita maka tidak ada hak kita untuk tidak adil terhadap mereka. Itulah Toleransi yang sebenarnya di dalam Al-Quran Sikap kita yang ketiga terhadap perbedaan adalah hanya “Marilah berlomba-lomba dalam berbuat baik”. ٌ “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya sendiri yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” Qs. Al-Baqarah148 Mari kita tunjukkan kita adalah muslim yang baik, muslim yang mengenal ajaran Islam yang suci. Mari berlomba-lomba berbuat baik. Itulah modal persembahan kita kepada Allah saat menghadap nanti. Bukan teriakan Allohu Akbar kita yang kita persembahkan kepada Allah, tapi perbuatan baik kita selama masih hidup ini. Mari lihat sekeliling kita, santuni anak yatim, kasih makan fakir miskin, sehingga kita tidak termasuk sebagai pendusta-pendusta agama. *
Mrzg. 4mzab2brer.pages.dev/1504mzab2brer.pages.dev/4164mzab2brer.pages.dev/2624mzab2brer.pages.dev/1224mzab2brer.pages.dev/4564mzab2brer.pages.dev/2544mzab2brer.pages.dev/3574mzab2brer.pages.dev/205
ayat alquran tentang perbedaan